Wisata NTT Sekelas Dunia

  • Whatsapp
Gubernur NTT, Frans Lebu Raya membuka ajang Tour de Flores tahun 2017 yang ditandai dengan pemukulan gong sebanyak lima kali.
banner 468x60

PENANUSANTARA.COM – Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi di Indonesia bagian tenggara yang memiliki ragam obyek wisata, sebut saja Danau Tiga Warna Kelimutu, Biawak Raksasa Komodo, Obyek Wisata Bahari, hingga Wisata Sejarah yang dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk berkunjung ke tempat tersebut.

NTT yang berpusat di kupang memiliki kenampakan alam yang luar biasa indah untuk disambangi. Potensi ini didukung oleh pemerintah setempat hingga menjadikannya sebagai salah satu disetinasi yang terkenal di dunia. Salah satu obyek wisata yang banyak dikunjungi oleh traveler dunia adalah Pulau Komodo. komodo berkembang biak dengan baik bahkan mencapai angka ribuan, hal inilah memikat pemerintah hingga dijadikan sebagai destinasi wisata nasional (Taman Nasional Komodo). Untuk mengunjungi tempat ini, anda dapat menempuhnya dengan menggunakan transportasi udara maupun laut. Anda tidak perlu khawatir, mengingat di NTT terdapat 1 bandara bertaraf internasional (El Tari Kupang) yang melayani penerbangan dari luar NTT, 13 bandara domestik yang menghubungkan antar kepulauan maupun antar kebupaten dan beberpa pelabuhan seperti Waingapu (Sumba), Kupang (Timor Barat), Larantuka (Flores Timur) , Lorosay (sikka,maumere). untuk transprtasi darat anda dapat menggunakan Bemo, Bis Damri, hingga Ojek Motor. Potensi alam yang terdapat di Nusa Tenggara Timur tidak kalah indahnya dengan provinsi lain,

Untuk Tahun keduanya, Pemerintah NTT Menyelenggarakan Event balap sepeda Tour de Flores.

Tour de Flores merupakan hajatan skala internasional yang bertujuan menggenjot pariwisata Indonesia. Peserta balap sepeda Tour de Flores akan melewati lima etape balapan di antaranya Larantuka, Maumere, Ende, Bajawa, Ruteng, dan berakhir di Labuan Bajo.

Event internasional ini juga bertujuan untuk mempromosikan pariwisata Indonesia terutama daerah Flores. Bebeberapa destinasi wisata Flores sudah dikenal dunia, seperti Taman Nasional Komodo hingga ikon Danau Kelimutu yang menjadi salah

Pada Ajang balap sepeda Tour de Flores (TdF) 2017 waktu itu telah resmi dibuka pada Kamis (13/7) malam waktu setempat di Taman Kota Larantuka, Flores Timur (Flotim), Nusa Tenggara Timur (NTT). Pembukaan kejuaraan ini dilakukan oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, dengan ditandai oleh pemukulan gong sebanyak lima kali.

Dalam acara peresmian tersebut, hadir pula Bupati Flotim Antonius H. G. Hadjon, Ketua DPRD Flotim Yoseph Sani Bethan, dan sejumlah pejabat daerah lainnya.

Turut hadir pula Kepala Bidang Wisata Buatan Asdep Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisasta (Kemenpar) Ni Putu Gayatri, Chairman TdF Primus Dorimulu, Race Director TdF Sondi Sampurno, dan Ketua Bidang Hukum dan Disiplin Pengurus Besar Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) Ardi Mbalembout.
Dalam sambutannya, Gubernur NTT mengatakan bahwa TdF edisi pertama yang digelar pada tahun lalu berjalan dengan sukses. Hal itu terbukti dari luasnya pemberitaan media baik lokal, nasional, maupun internasional. Frans juga menegaskan mengenai konsep sport tourism yang menjadi napas pergelaran TdF ini.

“Pesertanya memang bukan turis, namun setidaknya seluruh peserta bakal mempromosikan Flores ke seluruh dunia,” ujarnya.

Untuk itu, lanjut Frans, dirinya juga berharap agar para Bupati di Flores tidak ragu mengucurkan dana untuk ajang ini.

“Ini demi membangun daerah. Kecuali kita berfoya-foya (itu baru tidak boleh, RED). TdF ini sangat penting. 5 tahun lagi, 10 tahun lagi, Flores (akan) makin gencar dikunjungi wisatawan dunia. Jadi, berpikirnya jangan untuk tahun ini,” tambah Frans.
Selain Gubernur NTT, sambutan juga diberikan oleh Chairman TdF Primus Dorimulu. Pada kesempatan ini, Primus mengatakan bahwa kritik sempat dilontarkan atas penyelenggaraan ini.

“Tapi bagi saya kritik itu bagus,” seloroh Primus. “Dengan kritik, kita makin maju dan TdF jadi buah pembicaraan.”

Primus juga menjelaskan bahwa dana yang digunakan untuk menggelar acara ini tak hanya didapat dari daerah saja.

“Pemerintah Propinsi NTT alokasikan anggaran melebihi Kabupaten. Kalau Kabupaten Rp 1 miliar, Propinsi bisa empat kali lipat. Kemenpar juga berkontribusi. Kami sebagai panitia Alsemat juga kontribusi,” beber Primus.

Alsemat yang dimaksud Primus adalah Yayasan Alumni Seminari Mataloko. Yayasan ini sendiri berfungsi sebagai event organizer (EO) dalam ajang ini. Mereka pulalah yang bertugas untuk mencari sponsor demi terselanggaranya acara ini.
Sambutan terakhir diberikan oleh Bupati Flotim, Antonius H. G. Hadjon. Dalam pidatonya, Antonius menyatakan rasa terima kasihnya karena Larantuka sudah dipercaya sebagai lokasi start balapan.

“Kami akan pertahankan jadi titik start untuk tahun-tahun yang akan datang. Saya yakin seluruh masyarakat Flores Timur akan senantiasa bergembira menjadi tuan rumah titik start,” ujarnya.

Ajang TdF 2017 ini sendiri secara resmi akan menempuh rute sejauh 721,6 km, tetapi dalam praktiknya nanti, para pebalap akan mengayuh sepedanya sejauh 760,8 km. Ini dikarenakan keberadaan berbagai rute seremonial yang akan ditempuh setiap satu etape rampung dilangsungkan.
Selain di Pulau Flores, NTT, Pulau Sumba juga menyelenggarakan Parade 1001 kuda Sumba dan festival tenun ikat tradisional di Kabupaten Sumba, Nusa Tenggara Timur  yang digelar beberapa waktu lalu. Dua event berskala internasional itu dibuka Gubernur NTT, Frans Lebu Raya, di Waingapu, Sumba Timur, Senin (2/7/2017).

Upacara pembukaan itu dihadiri unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) NTT serta Bupati, Wakil Bupati dan Forkopimda serta unsur pejabat se-kabupaten Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Kabupaten Sumba Barat Daya.

“Selain parade kuda sumba dan festival tenun ikat tradisional juga di gelar pameran kerajinan tenun ikat beraneka motif Sumba. Kegiatan berskala Internasional ini diharapkan dapat berjalan lancar dan sukses sehingga wisatawan domestik dan mncanegara dapat tertarik dan menikmatinya,” ujar Kepala Dinas Pariwisata NTT, Marius Ardu Jelamu, Senin (3/7/2017).

Untuk acara pembukaan di Waingapu, dari 250 ekor kuda yang terlibat dalam parade dibagi dalam10 kelompok dan masing- masing kelompok terdiri 25 ekor kuda dan dilepas Gubernur Frans Lebu Raya di Waingapu.

Jadi Event Tahunan

Dalam acara pembukaan itu, Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Frans Lebu Raya meminta seluruh jajaran pemerintah kabupaten, terutama yang berada di tiga pulau besar, yaitu Flores, Sumba dan Timor untuk berupaya menggelar event tahunan berskala nasional dan internasional setiap tahunnya.

“Dengan begitu, dapat mengundang wisatawan untuk berkunjung ke NTT dan sekaligus mendukung pembangunan sektor parawisata di Provinsi NTT,” ujar Lebu Raya di Suwembak Matawai, kota Waingapu, Senin (3/7/2017).

“Kita harus berupaya untuk menjual Nusa Tenggara Timur dalam konteks sektor pariwisata agar dapat memicu perhatian dunia terhadap berbagai potensi yang kita miliki. Misalnya, saat ini lewat parade kuda sandalwood dan festival tenun ikat tradisional, dapat mengundang perhatian wisatawan domestik dan mancanegara untuk datang ke NTT,” tambah Lebu Raya.

Menurut Lebu Raya, parade 1001 kuda sandelwood dan festival tenun ikat, memiliki makna penting. Selain dijadikan sebagai event tahunan, juga mendorong masyarakat Sumba untuk memelihara dan menjaga populasi ternak kuda agar tidak sampai punah. Sedangkan untuk tenun ikat, tutur Gubernur, mesti terus dilestarikan karena menjadi nilai ekonomis yang dapat mendukung perekonomian masyarakat dan keluarga.

“Tenun ikat, selama ini masih dipandang dari sisi sosial budaya saja.  Hendaknya potensi ini bisa ditingkatkatkan pemanfaatannya ke arah  ekonomi. Misalnya, produk tenun ikat ditingkatkan nilainya menjadi produk turunan yang bernilai ekononi, seperti dompet yang dibuat dari tenun, tempat tisu dari tenun, tas tenun dan lainnya,” papar Lebu Raya.

Bupati Sumba Timur, Gideon Mbilijora, mengatakan, ternak dan kain tenun merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sosial budaya dan merupakan harga diri masyarakat Sumba,” kata Bupati Mbilijora.

Pada hari yang berbeda, Presiden Joko Widodo hadir dalam event pariwisata di Sumba juga. Persisnya di Lapangan Galatama, Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu 12 Juli 2017. Presiden menghadiri Parade Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba 2017.

NTT juga sedang mempersiapkan Tour de Flores 2017, 14-19 Juli nanti, dari Larantuka sampai ke Labuan Bajo. NTT yang oleh Menteri Arief Yahya benar-benar dijadikan New Tourism Theritory itu sedang dieksplorasi oleh Kementerian Pariwisata.

Presiden RI, Joko Widodo membuka Rangkaian Festival Tenun Ikat
Presiden RI, Joko Widodo membuka Rangkaian Festival Tenun Ikat

Rangkaian Festival Tenun Ikat yang dihadiri Presiden Jokowi itu, juga termasul Festival Sandelwood dan Parade 1001 Kuda di beberapa kabupaten di Pulau Sumba. “Terima kasih Pak Presiden Jokowi, pariwisata NTT makin juara!” sambut Menpar Arief Yahya.

Presiden Joko Widodo ketika memberikan sambutan mengatakan, keunikan budaya merupakan ciri khas sebuah bangsa dan bila dikelola dengan baik akan menjadi keunggulan yang dimiliki Indonesia dibanding bangsa-bangsa lain, terutama di bidang pariwisata.

Dengan jumlah suku sebanyak 714 etnis yang tersebar di 17.000 pulau, ini menunjukkan keanekaragaman yang dimiliki Indonesia. “Inilah kebinekaan kita, Bhinneka Tunggal Ika yang harus kita jaga, karena sangat beragam,” tutur Presiden.

Untuk itu Kepala Negara menghimbau agar keunikan tersebut dapat dikelola dengan baik dan kegiatan promosi dapat dilakukan secara masif dan efektif agar wisatawan berbondong-bondong datang.

Keunikan yang dimiliki oleh Pulau Sumba misalnya, adalah kuda Sandelwood yang setiap tahun dipakai untuk parade, dan tak jarang digunakan untuk mas kawin. “Ini simbol kesatria,” ucap Presiden.

Keunikan lainnya adalah budaya cium hidung. Saat tiba di bandara, Presiden dibisiki Bupati Sumba Barat Daya tentang cium hidung. “Itu adalah simbol nafas kehidupan,” ujar Presiden.

Menurut Presiden, setiap suku dan daerah memiliki keunikan dan memiliki kelebihannya masing-masing yang dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

“Seperti acara Festival Sandelwood dan Kain Tenun Ikat Sumba hari ini. Keduanya adalah contoh nyata, bagaimana alam memberikan sebuah budaya lokal yang menjadi keunggulan dalam pariwisata,” kata Presiden.

Presiden juga mengharapkan agar Parade Kuda Sandelwood dan Festival Tenun Ikat Sumba tidak seperti kembang api, menyala terang satu kali tapi langsung redup. Namun harus dibuat secara berkelanjutan, sehingga harus dipikirkan apa yang dapat dilakukan untuk mempertahankan budaya ini agar tingkat kedatangan wisatawan tetap berlangsung meski tidak ada festival.

“Kemudian harus dikelola secara modern, banyak media sosial yang bisa dimanfaatkan untuk promosi, undang para _blogger_ ke Sumba untuk membantu promosi yang ada. Kalau perlu cari sutradara film, baik nasional maupun internasional yang mau produksi filmnya dengan latar belakang keindahan Sumba, supaya NTT makin terkenal di manca negara,” ucapnya.

Dalam acara ini, Presiden juga sempat mengadakan kuis kepada masyarakat yang hadir dan memberikan sepeda sebagai hadiah untuk setiap pertanyaan yang dapat dijawab dengan baik.

Sebelum meninggalkan Lapangan Galatama, Presiden juga menyaksikan atraksi budaya, parade 1001 kuda Sandelwood, proses tenun ikat, serta menyapa dan berswafoto dengan masyarakat.

Turut mendampingi Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo antara lain, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Nusa Tenggara Timur Frans Lebu Raya dan Bupati Sumba Barat Daya Markus Dairo Talu.

Setelah santap siang bersama, Presiden dan Ibu Iriana bersama rombongan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Makassar, Sulawesi Selatan pada pukul 14.00 WITA melalui Bandara Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya, dengan menggunakan Pesawat Kepresidenan Indonesia-1. (*/Pito)

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *