Atambua, penanusantara.com – Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia tiada hentinya menyuguhkan keindahan wisata Indonesia. pada tahun 2018 lalu Pemerintah Kabupaten Belu bekerja sama dengan Kementrian Parawisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia diadakan Festival Fulan Fehan.
Sementara tahun 2019 lalu, Festival ini juga diselenggarakan untuk kali ketiganya diadakan di perbatasan antara Indonesia dengan Timor Leste di daerah Belu, NTT.
Festival ini kini menjadi daya tarik pengunjung dari berbagai daerah, namun sayang beberapa tahun terakhir Festival Fulan Fehan tidak lagi diselenggaran akibat wabah covid-19, dan usai covid Festival Fulan Fehan saat ini ditiadakan oleh Pemerintah Kabupaten Belu saat ini dikarena Pemerintah tidak mengalokasikan Anggaran.
Bahkan Mantan Menteri pariwisata Arief Yahya yang hadir sekaligus membuka dengan resmi Festival Fulan Fehan pada tahun 2018 lalu menjelaskan bahwa, kegiatan Festival Fulan Fehan ini memiliki daya tarik tersendiri dengan suasana alamnya yang indah. Dan Festival Fulan Fehan dapat memperkenalkan kepada dunia luar bahwa bukit Fulan Fehan merupakan tempat wisata yang sangat menarik dengan keunikan tersendiri, hal ini dapat menarik para wisatawan dari dalam daerah maupun mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia khususnya ke Nusa Tenggara Timur dan Kabupaten Belu.
Menteri pariwisata saat itu menghimbau kepada Gubernur, Bupati dan Walikota agar harus berkomitmen, terus menjaga dan melestarikan kebudayaan dan tempat-tempat wisata di daerahnya masing-masing agar tetap lestari dan terpelihara dengan baik. Menteri pariwisata kembali menjelaskan festival ini (FFF, red) harus berkelanjutan dan merupakan kalender tetap tahunan.
Rupanya harapan yang disampaikan Mantan Menteri Parawisata dan Ekonomi Kreatif Arief Yahya pupus, pasalnya tahun ini Pemerintah Belu tidak lagi mengalokasikan anggaran untuk penyelenggaraan Festival Fulan Fehan.
Hal ini dibenarkan Plt. Kepala Dinas Parawisata Kabupaten Belu Geradus Mbulu ketika diminta konfirmasinya, Rabu (5/10/2022), bahwa tahun ini rencena penyelenggaraan dari Pemerintah Provinsi NTT karena Pemda Belu tidak mengalokasikan anggaran.
“Ya tahun ini rencana penyelenggaraannya dari provinsi karena pemda belu tidak mengalokasikan anggaran,” jawab Geradus Mbulu melalui pesan whatsapp.
Ditanya alasan dasar Pemda tidak lagi mengalokasikan anggaran atau apakah karena program ini dicetus terlebih dahulu oleh bupati sebelumnya, dijawab Geradus Mbulu bahwa itu tidak benar.
“Tidak juga karena refokusing untuk penanganan
covid,” katanya.
Ia berharap tahun 2023 kegiatan ini bisa dialokasikan anggaran.
“Diharapkan tahun 2023 untuk kegiatan ini dialokasikan anggaran, karena kita baru mau bahas anggaran setelah apbd perubahan,” sambung Geradus Mbulu.
Ditanya lebih lanjut soal kegiatan Festival Fulan Fehan apakah diambil ahli oleh Pemerintah Provinsi NTT, ia menjelaskan bahwa tidak ambil alih tetapi juga suport kegiatan ini karena merupakan salah satu daya terik.
Rencana Festival Fulan Fehan itu dilaksanakan, ia belum bisa memastikan karena kegiatan merupakan kegiatan dari provinsi nanti akan dikoordinasikan.
Untuk diketahui, Upaya mempromosikan Fulan Fehan yang dilakukan pada masa kepemimpinan Willybrodus Lay-JT. Ose Luan sebagai Bupati dan Wabup Belu periode lalu, membuahkan cerita manis.
Fulan Fehan yang diangkat ke permukaan dan dipromosi dengan Festival Fulan Fehan dinilai sebagai tempat wisata dataran tinggi terpopuler di Indonesia.
Fulan Fehan terpilih sebagai wisata alam terbaik dalam Anugerah Pesona Indonesia (API) 2021 yang digelar di Labuan Bajo, Kamis (20/5/2021) lalu.
Fulan Fehan dalam API 2021 itu menyisihkan dua tempat wisata dataran tinggi masing-masing, Puncak Tempurung Garden, Kabupaten Surolangon pada tempat kedua dan Bukit Bukit Holbung, Kabupaten Samosir pada tempat ketiga.
Penghargaan API 2021 itu diterima Bupati Belu, Taolin Agustinus. (pn)