Larantuka, penanusantara.com – Charles Bukan pemusik keyboard asal Desa Nobo, Kecamatan Ilebura, Kabupaten Flores Timur, dengan bakat luar biasa memainkan alat musik keyboard kendati memiliki keterbatasan fisik.
Kepada Pena Nusantara, sosok pria kelahiran 19 April 1979 ini mengaku pertama kali berlatih keyboard di usia 4 tahun, saat dirinya berlibur di Ende.
Semangat yang menggebu-gebu untuk bermain keyboard, tergugah melalui peran Pastor Kalitus Lega Kedang, SVD, yang mulanya terpanggil melihat aktivitas Charles yang setiap hari keluar masuk ruangan musik SMAK Syuradikara Ende. (Pastor Kalitus Lega Kedang, SVD sekarang menjalani tugas perutusan di Paroki Boanio, Nagekeo).
Melihat semangat Charles yang juga merupakan ponakannya, Tuan Kalitus kemudian memberi hadiah berupa sebuah piano mini sebagai alat belajar sekaligus sebagai hiburan dikala Charles kembali ke Desa Nobo.
“Saya belajar keyboard saat usia 4 tahun. Waktu itu saya berlibur di Ende bersama beliau, karna setiap hari saya suka sekali menyentuh semua alat band disana jadi semangat ingin tahu untuk bermain musik akhirnya berangsur terus menerus. Menurut saya, sebagai pastor tentu punya analisa yang luar biasa, jadi beliau hadiahkan saya sebuah piano mini,” kisah Charles Bukan.
Dari cendera mata itu kemudian semakin mendobrak semangatnya untuk lebih giat berlatih. Karena di rumah dan lingkungan sekitar tidak ada yang mengerti alat musik, Charles Bukan sampai frustasi bahkan menangis.
Kendati saat itu sedang galau dan frustasi, tidak mempengaruhi semangat beliau untuk terus berlatih, dan berusaha mencari jalan keluar.
Dalam diskusi singkat, pria tuna netra itu rupanya sosok autodidak dengan kemampuan belajar sendiri tanpa didamping seorang pelatih. Dengan media kaset CD (compact disc), Charles Bukan mampu belajar mendengarkan irama musik, kemudian mengaplikasisan apa yang didengarnya.
“Dalam pengalaman bermain keyboard, saya sering menemukan kesulitan. Apa yang terjadi? Di rumah dan sekitar tidak ada yang mengerti soal alat musik. Saya sampai menangis waktu itu. Lantas mau minta bantuan siapa? Langkah yang saya ambil adalah putar lagu sambil mengikuti nada, akhirnya bisa juga,” ceritanya.
Inspirasi dan Buah Karya Seorang Charles
Menurutnya, kemampuan orang tuna netra itu harus mampu berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan cepat, tepat, dan aman. Sama halnya juga dengan belajar musik. Harus mampu mencari jalan keluar secara cepat dan tepat dari segala persoalan.
Bagi charles, dunia orang tuna netra juga sering dialami orang normal pada umumnya. contohnya listrik padam saat malam hari.
“Bagi saya, semua orang normal sekalipun pasti pernah alami buta fisik. Misalnya saat malam hari lampu padam, anda akan jadi tuna netra. Langkah yang dapat membantu adalah jemari tangan, insting, dan pantulan. Coba anda pejamkan mata kemudian diikuti dengan gestur tangan mengelilingi kepala, pasti ada merasakan sesuatu,” jelasnya.
Pada tahun 2006, Charles bersama beberapa orang bukan tunanetra, yang tergabung dalam team menerbitkan satu album lagu bergenre rohani. Waktu itu dijual di sekitar daratan Flores Timur.
“Tahun 2006, saya dan beberapa teman bukan tuna netra menerbitkan satu album lagu rohani. Penciptanya orang Manado, Vocalnya saya,” tutur Charles.
Selanjutnya, dikatakan beliau, ini merupakan passion (gairah) dalam pekerjaan selain menyalurkan hobi dan bakat. Selain itu, beliau juga mengungkapkan sering menerima meja job dalam suatu acara atau hajatan. (Paul Kebelen)