Atambua, penanusantara.com – Kain Ikat asal Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu kini “go internasional” dan tampil memukau di hadapan para pengunjung kegiatan “Together with Ikat: Dutch and Indonesian Artisans’ Workshop” di Aula Nusantara, KBRI Den Haag, Belanda, Kamis (28/11) lalu.
Dilansir rm.co.id Acara ini dihadiri ratusan orang dari komunitas Belanda, diaspora Indonesia, dan berbagai kalangan dari berbagai negara. Kain ikat tersebut mendapatkan perhatian besar dan mempesona.
Kegiatan yang terbilang sukses ini terselenggara berkat kerja sama yang erat antara CCD-NL, KBRI Den Haag serta Kebupaten Belu yang dihadiri secara langsung oleh Bupati Belu, Willybrodus Lay, S.H. dan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Belu, Lidwina Viviawaty Kegiatan juga didukung dan dimeriahkan oleh perancang busana dan artis/model asal Belanda dan Indonesia antara lain Nikkie Wester, Lara Peeters, Lucila Kenny, Merdi Sihombing, Lidwina Viviawaty NG. Selviana Boi Dao, Wihelmina Uduk, Ayotupas, Ferlin Yoswara dan Nova Marcelina.
Menanggapi hal itu, Anggota DPRD Kabupaten Belu Nini Wendelina Atok, mengapresiasi kerajinan tenun asli Kabupaten Belu yang ditampilkan pada kegiatan “Together with Ikat: Dutch and Indonesian Artisans’ Workshop”.
Hal itu diungkapkan Nini sapaan akrabnya saat diminta tanggapan oleh media ini, Jumat, 11 Desember 2019.
“Kain tenun ikat Kabupaten Belu menurut saya sangat menarik, karena memiliki hasil tenun yang luar biasa berasal dari nilai kultur dan bernilai ekonomi sangat tinggi dilihat dari hasil tenunnya,” katanya.
Sekretaris Komisi satu DPRD Belu ini kembali mengatakan ia sangat mengapresiasi tentang apa yang ditampilkan oleh para peserta. Terutama adalah para peserta yang mengenakan busana tenun dan juga modifikasi-modifikasi dalam bentuk simbol-simbol adat budaya Belu.
Menurut politisi PAN ini, apa yang ditampilkan oleh para peserta karnaval itu, tentu dapat mempromosikan budaya dan pariwisata Kabupaten Belu.
Kerajinan tenun daerah Belu, tidak hanya dikenal Belu NTT atau di Indonesia, tetapi juga sudah menembus pasar luar negeri, melalui berbagai promosi yang dilakukan Dekranasda selama ini.
“Keberhasilan berbagai produk kerajinan tenun khas Belu itu, berkat dari kerja keras dan peran Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) yang sering menggelar berbagai promosi dan event dan ini harus terus dipertahankan,” kata Nini.
Sementara pada acara yanng digelar dikemas dengan menarik, informatif, dan terbilang langka di Belanda. Sehingga para peserta dan pengunjung kegiatan tampak begitu antusias dan menikmati setiap tahapan kegiatan yang disuguhkan.
Dimulai dengan presentasi yang menjelaskan tentang kain ikat, sejarah, makna, serta proses pembuatan kain ikat, pewarna alami yang dipakai dan penjelasan berbagai jenis kain dan desain serta peruntukan Ikat di masyarakat NTT. Kegiatan dilanjutkan dengan pertunjukan secara langsung bagaimana para pengrajin Ikat membuat kain tersebut dengan alat-alat yang dibawa langsung dari Kabupaten Belu, NTT.
Puncak kegiatan di malam hari semakin menarik. Karena ditutup dengan tarian proses pembuatan kain Ikat dan Fashion Show. Keindahan kain Ikat dipamerkan pada sesi ini dengan sangat menawan dan membuat seratusan pengunjung kagum dengan desain modern yang ditampilkan. Tidak mengherankan jika sebagian pengunjung langsung menyatakan ketertarikannya untuk membeli produk-produk yang dipamerkan setelah kegiatan selesai dilaksanakan.
Diketahui pada kegiatan tersebut, selain dapat mempelajari dan membeli aneka produk kain Ikat, para pengunjung juga disuguhkan aneka makanan dan kuliner nusantara sebagai bagian promosi terpadu yang dilakukan KBRI Den Haag pada kegiatan dimaksud. (*/ade racel)