Komunitas Milenial Matim Siap Mendomestikasi Kemajuan IPTEK Dengan Warna Lokal

  • Whatsapp

Borong, penanusantara.com – Sejumlah orang muda di Manggarai Timur membentuk komunitas yang dinamakan Komitmen Matim (Komunitas Minat Tulis Milenial Manggarai Timur)

Dalam pesan tertulis yang diterima penanusantara.com, Senin (13/19) penasehat Komitmen Matim, Kristian Emanuel Anggur menjelaskan generasikan milenial merupakan bagian dari populasi angkatan muda yang lahir di tengah kemajuan sains dan Ilmu pengetahuan teknologi digital. Kaum milenial, lahir di antara kurun waktu 1980-an sampai 2000.

“Usia mereka saat ini diprakirakan memasuki 17 hingga 35 tahun. Karena lahir dalam periode yang sama, mereka memproklamirkan diri sebagai kelompok orang muda “zaman now.” Dalam dunia maya, sering disebut generasi era revolusi industri 4.0,” jelasnya.

Kekuatan utama dunia maya (cyberpower) demikian Kristian menjadi ciri pergaulan generasi milenial, ditandai oleh digitalisasi teknologi komunikasi canggih seperti internet, terutama lewat HP.

“Mereka ini jadi generasi unik, khas dan khusus, berbeda dengan zaman old, atau masa tradisional generasi tua (old generations). Genre milenial, erat dengan tingkah paradoksal dan ambivalensi di mana mereka hanya sibuk dengan diri sendiri, tidak gubris dengan lingkungan sekitarnya. Terbawa oleh ratusan tawaran berbagai kontent multimedia yang lebih kuat mengalihkan seluruh perhatian mereka. Pikiran dan perasaan melompat-lompat tak karuan, membuat jiwa mereka labil dan dangkal serta menyeretnya ke tengah persimpangan jalan yang membingungkan. Kaum milenial, begitu gampang tergiur dengan keteladanan yang dangkal. Ketokohan palsu, yang mereka tiru dari berbagai medsos, seperti: figur kaya, tokoh berkuasa, banyak mobil, rumah mewah, hidup serba ada, serba mudah, dan lain-lain. Semua serba bebas, vulgar, terbuka, telanjang polos, nyaris tanpa sensor. Mudah tertipu oleh berbagai tayangan iklan, lewat paket kuis berhadiah, nomor-nomor undian yang menjanjikan bonus (keuntungan) berlipatganda tanpa kerja keras. Diiming-imingi oleh berbagai macam investasi ekonomi dan belanja online dengan sistem pembayaran kredit murah. Mudah tergiur oleh propaganda iklan dengan manisnya rayuan gombal bahasa reklame para bintang seksi yang katanya; cepat, untung, murah, mudah dan puas,” jelas penulis buku penting buku dan minat baca tersebut.

Selanjutnya Kristian menjelaskan generasi milenial begitu gampang terbawa oleh arus globalisasi kapitalisme, yang melanda secepat kilat, melalui trik-trik tipuan media elektronik yang ditransmisikan lewat animasi teknologi telekomunikasi satelit. Seperti kecepatan cahaya yang terkemas melalui proyeksi siaran TV, Film serial sinetron, Komputer, Internet, HP, sebagai corong kampanye multimedia canggih. Promosi iklan instant ini, diproduksi secara massal oleh perusahaan bonavit raksasa demi keuntungan berlipatganda dalam tempo cepat. Dengan manipulasi elektronis melalui permainan camera digital, ditayangkan secara terus menerus setiap detik, menit dan jam.

“Begitu kuat dan sensitifnya merangsang memori kesadaran kita, hingga membentuk watak-karakter dan mentalitas “instant.” Seolah-olah kita hanya menunggu rezeki nomplok tanpa perjuangan, atau tanpa cucuran keringat. Hal inilah yang mengubah pandangan, kecenderungan, motivasi dan orientasi sempit yang mendewakan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi fisik (IPTEK) berbau materialistis, individualistis dan konsumeristis hingga tak terkendali. Bukan hanya itu, tetapi juga mudah terbawa oleh arus ideologi sesat, ujaran kebencian, fitnah, radikalisme intoleran bermotif sara, hoaks yang memutarbalikkan fakta dan kebenaran,” jelasnya.

Menyadari kondisi tersebut demikian Kristian beberapa orang muda dan orang tua yang berjiwa muda di Manggarai Timur mencoba membentuk suatu komunitas yang bisa menciptakan budaya tanding. Merevitalisasi nilai-nilai budaya daerah yang mendukung penguatan kapasitas lembaga adat demi mentransformasikan berbagai kebijakan pembangunan dengan berbasiskan kearifan lokal.

“Komitmen Matim ini terdiri dari para jurnalis, penulis buku, aktivis penggerak literasi, pustakawan maupun peminat bidang-bidang lain dengan latar belakang disiplin ilmu yang berbeda sebagai penyeimbang. Komunitas ini berupaya mendomestikasi kemajuan IPTEK dengan warna lokal Manggarai Timur (Matim). Agent of change transformation dengan prinsip “Think globally, Act Locally (Berpikir global, bertindak lokal).” Aksentuasinya, mengadvokasi kearifan lokal yang mengalami dekadensi, degradasi atau distorsi oleh modernisasi pembangunan,” jelasnya.

Tujuan Komitmen Matim agar proses kaderisasi berjalan secara berkelanjutan sehingga terjadinya proses regenerasi kepemimpinan yang menjunjung tinggi keberagaman nilai-nilai budaya dan religius; Agar dapat menjalin komunikasi dengan berbagai elemen (stakeholders) sebagai mitra kerja sama yang menyatukan semua kekuatan sosial demi membangun kebersamaan dalam perbedaan Suku, Agama, Ras dan Golongan; Agar mampu mengkaji dan menganalisa berbagai isu sosial, politik, ekonomi, budaya, ekologi dan religius yang berbasiskan literasi yang dapat dipertanggungjawabkan baik secara ilmiah maupun nalar kebenaran nurani kolektif (universal); Agar mampu membaca tanda-tanda zaman atau gejala-gejala perubahan sosial, politik, ekonomi, ekologi, budaya dan religius yang mengancam keutuhan, persatuan dan kesatuan lokal, nasional dan global; Agar mampu melakukan evaluasi, koreksi dan masukan yang positif dan bermanfaat bagi kebijakan pembangunan daerah dan bangsa; Agar mampu menciptakan berbagai karya-karya kreatif, kritis, korektif dan inovatif demi kesejahteraan bersama (bonum commune).

Informasi yang dihimpun penanusantara.com, Komitmen Matim telah berafiliasi dengan Vox Poin Indonesia. Komitmen Matim akan mendeklarasikan diri dalam waktu dekat dengan jumlah anggota yang sudah tergabung 37 anggota bersamaan dengan deklarasi Vox Poin Indonesia Manggarai Timur.

Sampai saat ini Komitmen Matim masih membuka ruang seluas-luasnya kepada seluruh orang muda maupun orangtua yang berjiwa muda di Manggarai Timur untuk bergabung. (Silva)

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *