Masalah Siswa Belum Bisa Baca Juga Disebabkan Kurangnya Perhatian Orang Tua

  • Whatsapp
Piter Ludji Dima, S.Pd kepala SDN Oebobo 1
banner 468x60

Kota Kupang, penanusantara.com – Saat ini hampir seluruh Sekolah Dasar di Indonesia terkhusus kota Kupang menghadapi dampak dari Pandemi Covid-19, dimana siswa banyak yang belum bisa baca. Bukan saja anak kelas satu tapi ada juga siswa kelas enam, bahkan hampir ada di seluruh kelas. Hal ini juga dikarenakan Kurangnya perhatian orang tua.

Sekolah Dasar Negeri (SDN) Oebobo 1 juga menjadi salah satu sekolah di Kota Kupang yang mengalami masalah tersebut.

Read More

banner 300250

Sekolah Dasar Negeri Oebobo 1 yang berlokasi di Jalan Bhakti Karang, Oebobo, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, memiliki 204 siswa, ada 43 siswa yang belum bisa baca dari kelas 1-6. Hal tersebut membuat SDN Oebobo 1 harus bekerja ekstra dalam memberantas masalah baca yang dialami siswa.

“Setelah kita data dari 403 siswa ada 43 siswa kami yang belum bisa baca. dan ada mahasiswa kampus mengajar 6 orang jadi setiap pagi mereka latih membaca dulu satu jam khusus yang belum bisa membaca,” kata Piter Ludji Dima, S.Pd kepada media ini saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (7/11/2022).

Kepala SDN Oebobo 1 mengaku, dirinya akan mencari siswanya ke rumah jika tidak masuk sekolah, terlebih siswanya yang belum bisa baca.

“Bagi yang tidak datang saya cari di rumah dan ketemu orang tua lalu tanyakan alasan anak tidak datang,” ujar Piter.

Piter mengungkapkan, jika tidak bisa dijangkau ke rumahnya akan langsung ditelepon orang tua siswa tersebut guna menanyakan perihal ketidak hadiran siswa tersebut, dan mengajak orang tuanya memberikan nasehat ke anaknya sehingga bersedia masuk sekolah.

“Yang tidak bisa jangkau saya minta nomor orang tua ke guru wali kelas saya telepon, akhirnya mulai berkurang,” ungkapnya.

Piter menjelaskan, anak tidak belajar karena Kurangnya perhatian dari orang tuanya dan orang tua hanya memberikan tanggung jawab belajar anak sepenuhnya ke Guru. Sehingga, materi dari sekolah tidak dipelajari ulang lagi, bahkan Piter menemukan tugas anak dikerjakan orang tua atau kakaknya.

“Ada orang tua yang serahkan sepenuhnya kepada guru. Apa yang diberikan oleh guru pulang anak tidak ulang lagi. Itu penyebabnya kurang dukungan orang tua. perhatian orang tua selama Covid-19 saja kurang buktinya kita kasih tugas yang tulis orang tua,” jelas Piter.

Piter juga menambahkan, saat belajar online tulisan siswa sangat bagus namun saat di tes ketika sudah seratus persen tatap muka nyaris tidak bisa dibaca tulisan siswa tersebut. Hal tersebut membuat Piter mengetahui bahwa selama online orang tua yang menulis tugas anak tersebut.

Piter mengatakan, dia terus mengejar dan mengajari siswanya tiap hari dan memantau perubahannya seminggu sekali dan melihat perubahan anak tersebut.

Terdapat juga siswa kelas enam yang tidak bisa baca namun bisa menghitung matematika dengan cepat. Menurut Piter, anak tersebut mesti ditangani oleh psikolog atau setelah tamat Sekolah Dasar dilanjutkan ke Sekolah Luar Biasa atau Sekolah berkebutuhan khusus.

“Saya kunjungi orang tua anak itu dan kasih ingat agar bantu anak belajar membaca di rumah. Untuk anak yang lain ada perubahan tapi dia tidak. Anak itu bisa di tangani jika akan tersebut dimasukkan ke Sekolah berkebutuhan khusus untuk diberi les khusus dan diperhatikan serius,” pungkasnya.

Kendala utama sekolah untuk mengatasi anak yang belum bisa baca karena waktu sekolah untuk siswa sudah seratus persen namun waktunya dibatasi. Hal tersebut mempengaruhi kebebasan sekolah dalam membantu anak yang kesulitan belajar.

“Belum ada les tambahan karena masih Covid-19 kita baru diizinkan seratus persen siswa dan waktu masih di perpendek,” tutupnya

Laporan: Frengki Ladi

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *