Kota Kupang, penanusantara.com- Nitanael Beti, umur sudah memasuki separuh abad. Kondisi fisik yang terbatas, sakit, membuat sang istri yang sudah ia nikahi pergi meninggalan ia dan anak-anaknya.
Beti hidup bersama tiga orang anak. Sosok tangguh ini sudah tiga tahun bergulat dengan sakitnya. Konon, ia pernah berobat di Rumah Sakit Umum Soe, hasilnya nihil.
Pihak RS memvonisnya mengidap alergi kulit. Pengobatanpun tak membuahkan hasil. karena kemauan kuat untuk sembuh, serta ingin menafkahi ketiga anaknya. Ia datang ke kupang dengan bermodal hubungan keluarga.
Untuk sementar, ia menginap di keluarganya di Bakunase. Bebera kali, Ia mencoba keuntungan di Pustu Bakunase, nanum tak urung mendapat titik terang. Pihak pustu tak mampu memberi obat berdalih sakit sudah sangat parah.
Rujukan pun jalan keluar mutakhir. Toh, juga masih buntu. KTP pak Nitanael sudah mati. KTP syarat yang diminta jika berurusan dengan administrasi dalam ruang kerja negara.
KTP sudah mati. Kendala ini yang tidak mampu ditepis. Harapan untuk berobat ke RS-pun pupus sudah. Kini, Pak Nitanael hanya mengoles luka dikakinya yang kian parah dengan sebotol minyak zaitun.
Tak lebih. Pak Nitnael, jauh dari Soe memburu kesembuhan atas luka dikakinya ke kupang adalah satu dari jutaan orang yang tak mampu mengobati sakit atau keterbatasan karen kendala ekonomi.
Bagaimana mungkin negara kita ini, pejabat dan penguasa menari karena kelebihan sedang kaum marjinal meratapi luka dengan diam tanpa aksi.
Penulis : Ronis Natom