Malaka, penanusantara.com – Banyak cara dilakukan untuk merayakan kemerdekaan. Seperti yang dilakukan petani dan buruh tani di Motaulun, Kecamatan Malaka Barat Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka menggelar upacara bendera dengan tetap berpakaian apa adanya, layaknya ketika mereka pergi ke sawah.
Menjelang detik-detik pembacaan teks Proklamasi kemerdekaan, petani dan buruh tani yang berada di Desa Motaulun, menggelar upacara bendera layaknya para pelajar atau instansi-instansi resmi yang melakukan upacara bendera.
Upacara HUT ke 74 Republik Indonesia dipimpin oleh Nando Nahak, pemuda kelahiran Betun, 10 Februari 1995 bersama belasan petani lainnya. sementara lokasi upacara bendera tidak digelar di lapangan, tapi di sawah yang kebetulan baru dimulai tanam dengan sistem Tabela (Tanaman Benih Langsung).
Belasan petani dari Desa Motaulun ini berduyun-duyun datang ke areal persawahan dan membentuk barisan. Sambil memberi Hormat kepada Sang Saka Merah Putih.
Nando Nahak kepada wartawan mengatakan, pengibaran bendera ini dilakukan untuk memperingati hari kemerdekaan Indonesia. Selain itu, upacara bendera ini juga untuk mengingatkan bahwa nasib petani di Indonesia masih harus terus diperjuangkan.
Petani kata Nando Nahak, adalah penyokong utama agar Indonesia bisa menjadi negara yang mempunyai ketahanan pangan.
“Upacara ini sebagai bentuk pengingat agar nasib petani dapat hidup layak di negara agraris ini,” kata Nando Nahak, Rabu (17/8/2019).
Kenapa memilih sawah sebagai lokasi upacara bendera? Menurut Nando Nahak hal ini dilakukan sebagai bentuk sindiran kepada pemerintah terhadap nasib petani yang tetap menderita meski sudah merdeka selama 74 tahun.
“Desa kami adalah salah satu penghasil padi, tapi ternyata saat panen, harga padi sangat murah,” tuturnya.
Usai menggelar upacara, para petani ini pun menggelar makan bersama dengan bekal yang sudah disediakan oleh pemilik lahan “Nando Nahak”. Bisa jadi ajang silaturahmi antar petani di sela-sela musim Penanaman,” ujanya.
“Saya sebagai pemilik lahan sekaligus petani milenial kali ini menerapkan sistem budidaya TABELA dengan metode Jajar Legowo 2 : 1,” tambah Nando
Ia juga menjelaskan bahwa petani Malaka jangan menjadi orang miskin di tanah agraris.
Petani milenial inipun mengajak petani dan buruh tani bahwa kita perlu ada pembaharuan terhadap pola pikir kita, manajemen kita di bidang pertanian,” tutup Nando. (*/Pito Atu)