Pasien DBD di RSUD Atambua Meningkat, 2 Meninggal, Ruangan di Tidak Cukup Menampug

  • Whatsapp

Atambua, penanusantara.com – Pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tengah dirawat di RSUD Mgr. Gabriel Manek, SVD Atambua, Kabupaten Belu, NTT terus meningkat. Hingga pagi ini, Rabu (04/03/2020), sudah mencapai 209 dari 136 kasus pada pekan lalu.

Dari jumlah pasien yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti itu, terdapat dua pasien anak yang meninggal dunia.

Read More

Kepala Bidang Pelayanan RSUD Atambua, Sipri Mali seperti dilansir nttpost.com mengatakan, ada 22 ruangan yang disediakan untuk ruang rawat inap anak.

Namun, karena jumlah pasien DBD yang semakin banyak, ruangan yang disediakan tidak bisa menampung.
Karena ruang rawat inap anak sudah penuh, terpaksa sebagaian pasien dirawat di ruang penyakit dalam orang dewasa, sebagian dirawat di ruang bedah dan ada pasien yang dirawat di bangsal.

Meski sudah menggunakan ruangan lain, namun karena jumlah pasien yang dirujuk semakin bertambah karena ada pasien rujukan dari Malaka dan TTU, terpaksa sejumlah lorong di RSUD Atambua digunakan sebagai tempat rawat inap.

“Saat ini kita sementara rawat 26 orang pasien anak. Tadi malam satu orang meninggal dunia. Disini terpaksa kita pakai lorong karena semua ruangan sudah penuh. Syukurlah adalah pasien yang sudah bisa pulang” ujar Sipri saat bersama awak media melakukan pemantauan situasi di ruang rawat anak RSUD Atambua, Rabu (04/03/2020).

Sebelumnya diberitakan, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini menjadi sorotan seiring lonjakan kasus dan korban jiwa akibat penyakit yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti tersebut.

Di Kabupaten Belu, penyakit DBD mengalami peningkatan secara siginifikan dari tahun ke tahun.
Khusus tahun 2020, meski sudah mencapai 136 kasus, Kabupaten Belu masih menjadi daerah berkategori endemis tinggi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Belum dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB).

Kadis Kesehatan Kabupaten Belu, dr. Joice Manek mengatakan, kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Belu sejak Januari hingga Februari tercatat 136 kasus.

Terhadap penyebaran kasus DBD tersebut kata Kadis Joice, Kabupaten Belu masih menjadi kategori daerah dengan endemis tinggi DBD.

“Sampai dengan hari ini, data yang masuk ada 136 kasus, meninggal 1 orang (pasien DBD). Jadi sampai dengan hari ini dikatakan endemis tinggi, belum KLB,” kata Kadis Joice didampingi Sekretaris Dinkes, Theresia Un Taek, kepada awak media ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis (27/02/2020) siang.

Menurut Kadis Joice, kategori endemis tinggi DBD untuk kabupaten Belu dinyatakan berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) Nomor 1501 tahun 2010.

Lebih lanjut Mantan Kadis PPA itu mengemukakan, berdasarkan data kasus DBD mengalami peningkatan dari tahun ke tahun terutama tiga tahun terakhir.

“Pada tahun 2018 terdapat 110 kasus, tahun 2019 ada 115 dan awal tahun 2020 (Januari-Februari) sudah mencapai 136 kasus DBD,” ungkapnya.
Ketika ditanya terkait langkah pemerintah untuk mencegah DBD di wilayah yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste itu, Kadis Joice menghimbau kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Belu untuk menjalankan program 3M plus yakni Menguras, Menutup dan Mengubur ditambah gunakan obat nyamuk, lotion anti nyamuk dan kelambu.

“Kita harus mencegah dengan hidup bersih, sehat dengan menerapkan program 3M plus karena seperti fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja,” tutup dr. Joice. (*/ar)

Ket Foto : MedikaStar

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *