Kupang, penanusantara.com – Semarak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-5 Pena Nusantara. Pena Nusantara menggelar kegiatan pelatihan jurnalistik bertajuk “Cerdas Menembus Media” yang berlangsung secara virtual dan di ikuti oleh 106 peserta, Sabtu, (18/9)
Dalam kegiatan yang berlangsung secara daring itu, Pena Nusantara menghadirkan tiga narasumber, yaitu Maria R. Hadigian selaku Pimpinan Redaksi KatongNTT.com, Frederik R. Bau selaku Ketua KPID NTT dan Yoseph Pito Atu selaku Pimpinan Redaksi Pena Nusantara.
Pemimpin Redaksi Pena Nusantara, Yoseph Pito Atu, menyampaikan, kegiatan pelatihan jurnaslistik itu di selenggarakan untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-5 Pena Nusantara dengan mengusung tema, “Cerdas Menembus Media”
“Kegiatan yang di selenggarakan ini sebagai kegiatan pendidikan, yang di canangkan untuk memperingati HUT ke-5 Pena Nusantara pada 15 september 2021,” jelas Yoseph
Yoseph Pito Atu yang akrab disapa Yos itu mengatakan, untuk menyongsong HUT Pena Nusantara mendatang maka dirinya lebih memilih untuk membuat kegiatan Pelatihan Jurnalistik. Dimana, saat ini informasi menyebar begitu cepat.
“Saat ini, dimana kita ketahui bersama bahwa informasi menyebar begitu cepat. Selain itu, kita juga dapat menganalisa sebuah informasi tentu menjadi sebuah hal yang penting,” ujarnya
Alumni Fisip Undana Kupang ini menambahkan, sebagai Pelajar maka di dalam dirinya harus mengembangkan potensi. salah satu adalah kemampuan menulis.
“Sebagai pelajar maka harus mempunyai kemampuan dalam hal tulis menulis,” harap Yoseph
Ia juga mengatakan bahwa Jurnalistik juga memberikan kesempatan kepada Pelajar maupun Mahasiswa umumnya untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola sebuah informasi.
“Adanya program pelatihan jurnalistik ini merupakan salah satu ikhtar bagi kami dalam rangka mengembangkan kemampuan remaja di bidang ini,” pungkasnya
Yoseph dalam materi yang disampaikan tentag Dasar-dasar Jurnalistik, untuk menyebar luaskan berita maka terdapat tiga jenis jurnalistik yakni media cetak, media elektronik dan media online.
Seain itu ia juga mengajak para peserta untuk memahami jurnalis atau wartawan. menurutnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menyebut bahwa Wartawan adalah orang yang bekerja atau menyusun berita untuk di muat dalam surat kabar, majalah, radio dan televisi.
Hal lain juga disampaikan pria asal Lembata ini bahwa menjadi seorang wartawan harus profesional, selain itu juga wartawan tidak memberitakan berita hoax, tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.
Selanjutnya, Ketua KPID NTT, Frederik Bau, mengatakan, kemampuan mengalisis media yang ada di KBBI itu adalah tindakan penyelidikan terhadap suatu peristiwa yang sebenarnya.
“Cek dulu, pantau dulu, benar atau tidak,” kata Frederik Bau
Mantan Wartawan Pos Kupang ini menjelaskan bahwa di masa pandemi covid-19 ini, dapat membanjiri di berbagai platform media. mulai dari media mainstream hingga media media baru (media sosial) facebook (FB), twitter, Whatsapp(WA), Linked, instagram (IG), dan youtube.
“Sebagai informasi itu tidak terkonfirmasi, dan mengandung hoaks apalagi di masa pandemi ini,” pungkas Edi Bau.
Pria asal Belu ini juga menyebut bahwa media dalam berita adalah suci yang tidak dapat di gantikan.
“Media dalam berita adalah suci yang tidak dapat di otak atik,” bebernya
Ia menegaskan bahwa di dalam Undang-Undang (UU) No.32 tahun 2002 tentang penyiaran. Khususnya, pasal 52 itu secara tegas memberi ruang kepada masyarakat untuk mengajukan pengaduan atau pemantauan terhadap isi siaran maupun sajian informasi.
“Jadi teman-teman hari ini, dengar radio, nonton televisi, dengar informasi hoaks maka lapor saja ke KPID, maka KPID tindak secara tegas,” tegas Edi
Dikesempatan yang sama Pimpinan Redaksi KatongNTT.com, Marya R. Hasugian dalam materinya tentang Teknik Investigasi, Ia katakan bahwa didalam dunia jurnalistik tidak banyak yang meminati karena sangat menerat. terutama soal mental, bukan soal fisik tapi mental yang sangat berat.
Aktivis jurnalis itu juga mengatakan, Dirinya sudah hampir 30 tahun bekerja sebagai seorang jurnalis di mana Ia merasakan amazing (luar biasa).
“Saya sudah 30-an tahun bekerja sebagai seorang jurnalis dan saya sedikit merasakan amazing,” ceritanya
Ia juga menjelaskan bahwa menjadi seorang jurnalis tidaklah semata-mata mencari gaji atau uang, tetapi 60 persen datang dari sebuah kerinduan atau idealisme untuk berbagi kepada sesama.
Maria yang akrab disapa kaka Ria itu membeberkan bahwa di Nusa Tenggara Timur mendapat sorotan Internasional setelah mendapat status super premium untuk pariwisata, akan tetapi jika di potret maka masih 90 persen masyarakat dalam taraf kemiskinan.
“Menarik sekali, NTT mendapat soratan internasial ketika statusnya super premium untuk pariwista tapi 90 persen masyarakatnya masih taraf miskin dan ini bisa menjadi bahan liputan,” jelas Aktivis PMKRI itu
Penulis : Jemsi Wahyudi Pallo
Peserta Pelatihan Jurnalistik (PPJ) Pena Nusantara