Puisi-Puisi Tino Watowuan

  • Whatsapp
Tino Watowuan
banner 468x60

Suatu Hari di Tepi Pantai

anak-anak asyik mengayuh riang

di atas hamparan pasir melukis gembira

tawa mengucur dari wajah-wajah polos

di rumah impian dari kerang dan batu

kidung dersik menggamit kenang

riak-riak rindu pun mendebur

bak kecipak ombak di bibir pantai

senandika dalam kepala menggulung:

duh, andai saja boleh menggulang

tentu tak ada batu karang menumpuk

pada bahu dan kepala ini

namun sang kala tak dapat dipinang

ia adalah anak kecil yang sibuk berlari

tanpa hirau betapa lelahnya

aku mengejar sebuah keterlambatan

saat swastamita melambaikan tangan

kularungkan segala taklif dalam litani

semoga bebutir derana hinggapi atma

menyambangi arunika di hari esok

Kb, 28 November 2021

Di Siang yang Basah

:untuk Alm. Opu Guru Yohakim Kein

langit tampak murung, awan berwajah pekat

dari bibir dermaga itu, hujan turun

menjemput duka kami dari seberang

tanganmu mengatup selembar zikir

dengan wangi kamboja di atas katil, dingin

tenang dan damai yang janah

istrimu hujan, anak-anakmu hujan

sanak-saudaramu hujan, semua serba hujan

engkau karang pasrah menadah basah

dada kami ombak berkecamuk hanyut

asin lautan pecah di kelopak mata:

ikhlas kami mengalir

selamat jalan, telah engkau tunaikan segala

dalam jejak-jejak karya pengabdian

adalah bekal menuju asal

doa kami menjadi payungmu untuk rehat

kepada mula di siang yang basah ini

Solor, 13 November 2021

Lautan Hidup

di perut dermaga ini, orang-orang

lalu-lalang; datang dan pergi

datang menjinjing sekantong cinta

labuhkan kisah pelayaran

kemudian pergi menitipkan rindu biru

juga duka di palung hati yang sepi

demikianlah siklusnya!

Larantuka, 13 November 2021

Minggu Pagi

seperti kelopak langit yang tiba-tiba robek

pagi itu, tak ada kata pengantar

dari mulut seorang lelaki paruh baya:

“rajinlah ke gereja biar dosamu bersih”

dari dalam kamar mandi yang dingin

ada yang berteriak:

“kita hanya bisa mencuci muka

di sana bukan tempat mencari muka

apalagi mencuci dosa”

desir air berkecipak

lelaki itu pun pergi bersama harimau lapar

di dalam tempurung kepalanya

Kb, 09 Januari 2022

*) Tentang Penulis:

Tino Watowuan, lelaki gemini yang susah tidur malam, suka kopi, sepi, dan puisi. Sesekali belajar menulis opini dan berita. Sudah lama tidak menulis prosa. Sekarang ia betah di kampung halamannya Pajinian, Adonara Barat, Flores Timur, NTT, setelah meninggalkan jejak petualangannya di Kota Makassar dan Kota Samarinda.

Puisi dan prosanya pernah tayang di media online dan cetak. Puisinya juga tergabung dalam buku “Sajak Terakhir” (Laditri Karya, Baturaja-Sumatra Selatan, 2020) bersama Komunitas Pejuang Literasi Penyair Indonesia (PLPI). Buku puisi solonya yang telah terbit berjudul “SMS untuk Tu(h)an” (Laditri Karya, Baturaja-Sumatra Selatan, 2021).

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *