Refleksi Perjalanan 4 Tahun Jadi Seorang Jurnalis

  • Whatsapp
Pimpinan Redaksi Pena Nusantara, Yoseph Pito Atu

Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak layak dijalani. Kata-kata Sokrates, pemikir asal Yunani ini sungguh dijiwai oleh Yoseph Pito Atu dalam melewati hari-harinya sebagai seorang jurnalis. Tepat pada hari Selasa (31/12/2019) yang baru saja lewat, Pito genap empat tahun menjalani profesi sebagai jurnalis.

Empat tahun memang terbilang singkat bagi pria yang lahir di Kupang 29 Mei 1993 itu. Dia masih junior dan masih harus terus belajar di dunia jurnalistik. Namun  bagi Pito, bukan soal berapa lama menjadi jurnalis, melainkan hidup harus direfleksikan. Seperti kata Socrates di atas.

Read More

“Saya mengenal dunia jurnalistik di era media digital. Jurnalis dituntut untuk jujur serta kerja keras. Dan tidak terasa saya sudah menjalani profesi ini selama empat tahun,” kata Pito.

Pito mulai meniti karir di dunia jurnalistik pada tahun 2016 silam. Dia diajak bergabung di media online delapanenam.com oleh kerabatnya sekaligus pendiri media tersebut. Saat itu dia masih mengenyam pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang.

Berkat didikan dari para senior dari berbagai media massa (cetak dan online), Pito berusaha mandiri. Tidak menunggu waktu yang lama, dia kemudian mendirikan perusahaan media online www.penanusantara.com. Dan menurut dia, media online sangat efektif dan efisien sehubungan dengan pembiayaan. Berbeda dengan media cetak yang membutuhkan pembiayaan cukup besar. Seakan terus berinovasi, di tahun 2019 dia mendirikan Televisi Online yang diberi nama PN TV.

Semangatnya untuk melahirkan ide-ide baru tidak lepas dari sejuta pengalamannya ketika bergelut di sejumlah organisasi. Baik di lingkungan kampus (saat masih aktif kuliah, red), maupun setelah kuliah hingga menjadi jurnalis. Tercatat dia pernah menjadi anggota Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) St. Agustinus Fisip Undana tahun 2011. Tahun 2013-2014 dipercayakan sebagai Ketua Dewan Racana Pramuka Undana. Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jurnalis Online Indonesia (JOIN) Kota Kupang, Kupang, Rote Ndao dan Sabu Raijua tahun 2018. Bahkan dia pernah menjadi Wakil Ketua DPW PAN NTT tahun 2018, Pelaksana Tugas (Plt) DPD Partai Amanat Nasional Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) tahun 2018,

Bagi Pito, jurnalistik awalnya hanya sekadar dunia untuk menyalurkan hobi. Setelah menjalani profesi ini dengan sungguh, dia kemudian sadar bahwa profesi ini  ternyata menjadi saluran berkat dari Tuhan. Hingga akhirnya dia dengan mantap mengatakan bahwa menjadi jurnalis adalah sebuah panggilan jiwa. Sebuah panggilan yang tidak mudah untuk menyuarakan harapan banyak orang. Khusus suara-suara dari mereka yang tertindas dan terpinggirkan, serta tersisih akibat arah kebijakan pemerintah yang keliru.

Tugas jurnalis, lanjut Pito, sangat tidak mudah. Di era digital, jurnalis dituntut untuk bisa menangkap kecenderungan gejala yang berkembang. Selain tantangan, jurnalis bahkan mendapatkan ancaman. Oleh karena itu dibutuhkan mental baja jika ingin terjun ke dunia ini.

“Jurnalis bekerja tak kenal waktu. Tak peduli pagi, siang atau malam. Tak peduli petir, hujan dan badai. Demi tugas liputan, kadang jurnalis harus merelakan waktu bersama keluarga,” kata Pito.

Pito mengatakan, jurnalis dewasa ini tidak lagi hanya melihat dan memposisikan dirinya sebagai pemegang transfer informasi yang paling benar. Sebaliknya harus bisa menjadi pihak yang dapat menjembatani kebutuhan informasi yang dibutuhkan atau diingunkan publik. Ini bukan berarti bahwa jurnalis menjadi budak penyedia informasi untuk kebutuhan publik, namun lebih kepada bagaimana menjadi mitra bahkan sebagai kawan di setiap perbincangan.

Pito menambahkan, menjadi jurnalis sangatlah keren. Selain wawasannya luas, jaringan komunikasi dan kenalannya juga luas. Di balik ‘keistimewaan’ jurnalis, Pito tak menampik jika masih ada yang menganggap rendah profesi yang digelutinya tersebut. Ada yang menganggap pendapatan jurnalis sangat kecil dan tidak sebanding dengan tugas yang harus dikerjakan.

Untuk anak muda yang ingin jadi jurnalis, Pito berpesan agar mereka berani capek dan tidak boleh manja. Lebih dari itu, jurnalis harus menaati kode etik jurnalistik. Sebab selain untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh informasi yang benar, jurnalis memerlukan landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas serta. (ar)

 

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *