Setiap Bulan BPJS Atambua Bayar 1 Miliar Lebih Akses Pelayanan Kesehatan Gratis

  • Whatsapp
PPS. Kepala Cabang BPJS Atambua, Dessy Setlasih, Rabu (4/1/2022) di lantai 2 kantor BPJS Cabang Atambua.
banner 468x60

Atambua, penanusantara.com – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Cabang Atambua,

menyebut sebanyak 8.463 peserta yang sudah mengakses pelayanan kesehatan per Agustus 2021-2022

Sementara untuk rawat nginap itu mencapai angka 7.756 peserta, karena naik turun sesuai dengan jumlah kasus yang masuk setiap bulannya.

Jumlah anggaran yang diklaim sesuai program Kesehatan Gratis Pemda Belu, data yang diklaim rata-rata setiap bulan, pihaknya membayar untuk di kabupaten belu secara keseluruhan rata-rata diangka 1 Miliar.

Demikian dikatakan, PPS. Kepala Cabang BPJS Atambua, Dessy Setlasih, Rabu (4/1/2022) di lantai 2 kantor BPJS Cabang Atambua.

Ditanya soal data real klaim BPJS sepanjang tahun 2021-2022 disampaikan Dessy Setlasih, klaim bpjs, mendahulukan dengan jumlah pesertanya dan bicara di luar konteks pengobatan gratis.

“Untuk klaim bpjs, kita pikir ke jumlah pesertanya dulu, kalau di kami data klaim sendiri, kita bicara di luar konteks pengobatan gratis untuk keseluruhan data klaim yang khusus masyarakat belu ada melayani di rumah sakit itu di kenal dengan klaim enasisbis paket pembayaran untuk di rumah sakit kemudian dilayanan dasar baik itu di puskesmas, klinik, dokter praktek baik dokter umum atau dokter kerjasama itu kita sebut dengan istilah klaim kapitasi dan non kapitasi,” katanya

Dessy menambahkan, jadi kalau secara gambaran misalnya untuk jumlah peserta untuk di rumah sakit pihaknya lakukan klaim per bulan sesuai dengan yang tandingkan di rumah sakit, ada berapa banyak peserta JKN yang akses pelayanan di rumah sakit, yang datanya masuk kemudian pihaknya bayar.

“Artinya setiap bulan dia tidak mungkin sama jumlahnya berkisar di angka berapa, kalau untuk yang non kapitasi yang tadi untuk di rumah sakit, itu paling kita secara keseluruhannya untuk rumah sakit, kalau secara keseluruhan kita mau lihat pengobatan gratis atau tidak bisa langsung memisahkan secara langsung artinya kalau pengobatan gratis akan masuk ke peserta dengan bantuan iuran, jadi dengan bantuan iuran baik di bantu oleh pemerintah daerah atau pun di bantu oleh pemerintah pusat, yang pesertanya saja,” sebut Dessy.

Menurut Dessy, untuk wilayah belu ada empat rumah sakit RSUD Gabriel Manek, RS Tentara, RS Sito Husada dan RS Marianu Halilulik. satu tahun ke sana kalau rumah sakit ini pelayanan desembernya belum masuk jadi pihaknya mengambil data satu tahun di mulai dari pelayanan agustus 2021 itu sekitar 8. 463 peserta yang sudah mengakses pelayanan kesehatan, sementara untuk rawat nginap itu di angka 7.756 peserta, karena naik turun sesuai dengan jumlah kasus yang masuk setiap bulannya.

Sementara dijelaskan Dessy, untuk yang pelayanan primer atau difase tingkat dasar, kalau untuk rawat jalan yang pihaknya bayarkan itu pihaknya tidak bisa membagi penerima bantuan iuran, TNI ataupun PNS, pihaknya hanya membagi dua sekmen yaitu penerima bantuan iuran dan non penerima bantuan iuran.

“Jadi untuk di Kabupaten Belu sendiri, kalau secara keseluruhan untuk yang non kapitasi itu peserta yang sudah kita layani 2.564 karena kalau untuk non kapitasi ini kalau di rumah sakit pasti rutin masukan setiap bulan, kalau ke FKTP baik klinik maupun dokter praktek ataupun puskesmas artinya ada kemungkinan dalam sebulan itu klaimnya tidak masuk karena juga disesuikan dengan masa kadaluarsa klaim, jadi kalau dia sudah mengantar klaimnya baru klaim januari tahun 2022 itu otamatis tidak akan bisa tertagihkan karena berdasarkan peraturan sendiri kemenkes jelas masa kadaluarsa klaimnya 6 bulan,” sebutnya.

Ditanya soal jumlah anggaran yang diklaim sesuai program Kesehatan Gratis Pemda Belu, menurut Dessy, data yang diklaim rata-rata setiap bulan, pihaknya membayar untuk di kabupaten belu secara keseluruhan rata-rata diangka 1 Miliar atau 1 miliar seratus juta, hal itu pun menurut Dessy tergantung dari penambahan jumlah peserta kalau untuk kapitasi sendiri melihat peserta yang aktif artinya peserta tidak membayar iuran untuk kelas 1 dan 2 otomatis pada kapitasi bulan berikut tidak diperhitungkan tapi akan mejadi susulan di kapitasi bulan depannya lagi.

Ditanya jika peserta BPJS tidak melalukan klaim, apakah akan dilakukan pembayaran, menurut Dessy, jika peserta mengajukan klaim tentu ada persyaratan harus dilengkapi, sehingga pihak rumah sakit akan mengakukan kepada pihak BPJS.

“Ajukan ke kami, di kami ada tim verifikasi, yang akan melalukan pemeriksaan berkas secara keseluruhan, kalau seandainya ada berkas yang tidak lengkap, itu juga kita tidak bisa langsung membayarkan, tetapi kita kembalikan ke rumah sakit untuk dilengkapi, tetapi jika misalnya dari jumlah total pengajuan tadi ada berapa dari total pengajuan yang layak atau sesuai, kalau sesuai itu nanti kita akan bayar terlebih dahulu,” ungkapnya.

Hal lain, peserta BPJS Kabupaten Belu yang terkategori tidak sakit, BPJS Cabang Atambua tetap melakukan pembayaran.

Menurut Dessy, Akses pelayanan pihaknya itu banyak, dan juga dengan sistim kapitasi di puskesmas, pasien rawat jalan itu pun pihaknya tidak hanya membayar yang sakit artinya semua peserta terdaftar pihaknya bayarkan walaupun tidak sakit.

“Jadi misalnya puskesmas A, dia punya peserta terdaftar 20 ribu peserta, itu kami akan tetap bayar sejumlah 20 ribu walapun mungkin berkunjung saya yakin 500 itu sudah terlalu banyak, rata-rata pasti di kisaran angka 200-300,” katanya.

Meski demikian, pihaknya tetap melakukan pembayaran dengan mengalihkan jumlah dokter gigi dan dokter umum yang ada di puskesmas yang ada di dokter praktek.

“Di situ akan beda-beda non kapitasinya puskesmas yang 2 dokter umum dan satu dokter gigi akan berbeda dengan puskesmas yang tidak ada dokter walaupun jumlah pesertanya sama, jadi ketentuan untuk non kapitasi itu ada permenkes 52 tahun 2016 tentang tarif JKN,” sebut Dessy.

Menurutnya, layanan primer itu harapanya layanan promotif dan preventif artinya upaya pencegahan, kalau di rumah sakit sudah jelas orang ke sana orang sakit, tetapi diharapkan pelayanan primer untuk puskesmas bukan hanya orang sakit tetapi di dalam ada kategori kontak sehat dan kontak non sehat namun kebanyakan kontak sehat ini tidak dilakukan pengenterian oleh teman-teman di puskesmas sehingga pihaknya tidak bisa membaca data realnya sebenarnya ada berapa karena kalau pihaknya lihat di puskemas ini banyak program dari dinas kesehatan artinya imunisasi, lansia.

Harapannya memang peserta-peserta yang sehat juga terkontrol, melakukan kontak untuk pengecekan kesehatan.

“Datang cek tensi saja, konsultasi ataupun ada edukasi, sehingga ada pencegahan sebelum terjadi penyakit yang membahayakan,” jelas Dessy. (pn)

Komentar Anda?

banner 300x250

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *