Atambua, penanusantara.com – Meningkatnya Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi sorotan seiring lonjakan kasus dan korban jiwa akibat penyakit yang ditularkan melalui nyamuk aedes aegypti tersebut.
Di Kabupaten Belu, penyakit DBD mengalami peningkatan secara siginifikan dari tahun ke tahun. Khusus tahun 2020, meski sudah mencapai 136 kasus, meninggal 1 orang (pasien DBD). Kabupaten Belu masih menjadi daerah berkategori endemis tinggi penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Belum dinyatakan Kejadian Luar Biasa (KLB).
Untuk mengantisipasi meningkatnya kasus DBD, Ketua Komisi II DPRD Kabupaten Belu Theodorus Seran Tefa meminta Pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Belu untuk segera melakukan Identifikasi kasus DBD.
“Segera identifikasi kasus ini dulu, sumbernya dari mana, daerah mana?. Petugas lakukan penyelidikan sehingga segera melukan Fogging,” ujar Mantan Ketua Komisi III DPRD Belu ini.
Menurut Politisi Golkar ini, Fooging tidak semua tempat akan di lakukan, karena radius fogging tidak semua penyakit dan kurang lebih 200 meter dari titik sumber.
“Tidak semua lakukan Fogging, kita bukan seperti Singapura yang setiap bulan lakukan Fooging,” tegasnya pria yang sering akrab disapa Theo Manek ini.
Dijelaskannya, Dengan penyelidikan kasus mungkin bisa membantu untuk memutuskan rantai penularan.
“Kita putuskan rantai penularan, Dinas teknis segera lakukan fogging, fogging harus di lakukan harus melalui identifikasi kasus,” pintanya melalui sambungan telepon, Jumat, 28 Februari 2020.
Ditanya soal adanya korban yang meninggal akibat DBD, Bagi nya meninggal merupakan salah satu kasus untuk segera lakukan fogging, daerah daerah yang berpotensi untuk berkembang.
Sementara itu, sebelumnya Kadis Kesehatan Kabupaten Belu, dr. Joice Manek mengatakan, kasus DBD yang terjadi di Kabupaten Belu sejak Januari hingga Februari tercatat 136 kasus.
Terhadap penyebaran kasus DBD tersebut kata Kadis Joice, Kabupaten Belu masih menjadi kategori daerah dengan endemis tinggi DBD.
“Sampai dengan hari ini, data yang masuk ada 136 kasus, meninggal 1 orang (pasien DBD). Jadi sampai dengan hari ini dikatakan endemis tinggi, belum KLB,” kata Kadis Joice didampingi Sekretaris Dinkes, Theresia Un Taek, kepada awak media ketika ditemui di ruang kerjanya, Kamis (27/02/2020) siang.
“Dalam satu minggu terakhir ini ada 19 kasus. Rata-rata anak-anak tapi ada juga dewasa berusia 20an tahun 6 kasus (pasien),” terang Kadis.
Ketika ditanya terkait langkah pemerintah untuk mencegah DBD di wilayah yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste itu, Kadis Joice menghimbau kepada seluruh masyarakat di Kabupaten Belu untuk menjalankan program 3M plus yakni Menguras, Menutup dan Mengubur ditambah gunakan obat nyamuk, lotion anti nyamuk dan kelambu.
“Kita harus mencegah dengan hidup bersih, sehat dengan menerapkan program 3M plus karena seperti fogging hanya membunuh nyamuk dewasa saja,” tutup dr. Joice. (*/ade racel)