Willy Lay : Likurai Sesungguhnya Lahir dari Tanah Belu

  • Whatsapp

Atambua, penanusantara.com – Festifal Fulan Fehan yang digelar Pemerintah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Senin, 28 Oktober 2019 membawa dampak positif terutama menjaga dan merawat Kebudayaan di Kabupaten Belu khususnya tarian Likurai.

Pada hamparan sabana, ribuan penduduk sudah menyemut untuk menyaksikan gelaran puncak festival. Untuk menutup panas matahari yang lumayan terik, mereka berpayung daun lontar yang dianyam sediri. Di depan tenda dari jerami dan rotan itu, ada panggung yang memanfaatkan bukit Teletubbies ini sudah siap mempertontonkan drama tari kolosal.

Read More

Selain itu, juga ada penampilan penari asal Timor Leste yang akan membawakan tarian Kliburkultura loro oan, aprezenta danca historical baluk rai Timor Leste, dan husi tempu portugues ba to’o ukun aan.

Kegiatan Festifal Fulan Fehan yang ke 3 tahun 2019 di kaki Gunung Lakaan ini disuguhkan dengan warna dan karakter yang berbeda dari tahun sebelumnya. Pada Festifal tersebut sebanyak 1.500 penari menghibur seluruh undangan yang hadir.

Tarian Likurai menyajikan kemegahan budaya dan pesona masyarakat yang istimewa sehingga diharapkan dapat memperkenalkan NTT ke seluruh pelosok penjuru dunia. Dalam acara tersebut juga dihadirkan koreografi tarian yang menjadi cerminan ragam budaya yang ada di Indonesia.

Bupati Belu Willy Lay, usai pergelaran Festifal Fulan Fehan, kepada awak media mengatakan bahwa Festifal Fulan Fehan tersebut untuk mengangkat Budaya, ia menjelaskan bahwa budaya tarian yang diangkat adalah tarian Likurai.

“Kita ada Likurai, Negara Timor Leste juga ada Lukurai, kalau ini saya tidak angkat nanti suatu saat orang bisa berpikir bahwa likurai itu aslinya datang dari Timor Leste, tetapi sesungguhnya likurai itu lahir dari tanah Belu,” ujarnya
Selain itu, menurut Politisi Demokrat ini, Festifal ini memberi dampak ekonomi langsung kepada masyarakat.

“Dengan festifal ini, saya juga ingin pemberdayaan ekonomi, hari ini begitu banyak yang datang tentu begitu banyak UMKM, begitu banyak tenun yang terjual, hotel penuh, penerbangan penuh dan rumah makan penuh,” jelas Willy.

Sementara Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar, Muh Ricky Fauziyani, mengatakan bahwa Festival Fulan Fehan 2019 memang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan terutama nusantara.

Pihanya mengaku sangat senang karena Festival Fulan Fehan tetap menggunakan koreografer tingkat nasional. Koreografer sekelas Eko Nugroho (Eko Pece) membuat acara ini lebih istimewa, Eko adalah sosok yang sukses dalam pembukaan dan penutupan Asian Games 2018.

Ade Racel

Ket foto : TEMPO.CO

Komentar Anda?

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *