Kota Kupang, penanusantara.com – Dinas Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Ngada menggelar Diskusi Publik pada Rabu, 16 Oktober 2019.
Dengan mengusung Tema, “Peran, Tantangan dan Peluang Generasi Muda Ngada di era Milenial” dengan mengahdirkan peserta dari para tokoh agama, tokoh pemuda dan OKP se Kabupaten Ngada.
Sedangkan Narasumber pada kegiatan tersebut Bupati Ngada Palulus Soliwoa, Ketua DPRD Ngada Bernardimus Dhey Ngebu, Sekretaris Umum HIPMI NTT Yohanes Agustino Masteriano.
Sekretaris Umum HIPMI NTT Yuston Karwayu sapaan akrab Yohanes Agustino Masteriano pada kesempatan itu mengatakan bahwa HIPMI NTT adalah wadah yang mengayomi pengusaha muda untuk itu dirinya menawarkan kepada generasi milenial Ngada untuk bergabung ke organisasi ini.
“Ketika kita mengalami kendala dalam memulai usaha, di HIPMI kita bisa menemukan karena hampir semua pengusaha muda di Indonesia berkumpul di sini. Sinergisitas usaha antar anggota HIPMI bisa kita lakukan jika sesuai dengan kebutuhan didaerah kita,” katanya saat menghubungi penanusantara.com pada Rabu, 16 Oktober 2019.
Menurut Yuston, HIPMI juga mendorong pemerintah Ngada melalui Dinas Kepemudaan dan olahraga untuk melakukan pemetaan terhadap semua kelompok orang muda di Ngada, agar mempermuda pemerintah dalam memberikan pembinaan dan pendampingan usaha bagi kaum muda.
“Ya, anak muda perlu di bina dan dibimbing. Butuh kebijakan berani dari pemimpin daerah untuk menumbuhkan wirausaha baru di semua daerah termasuk Ngada. Contoh konkrit jika spot-spot pariwisata di wolobobo dan riung dikembangkan maka anak muda Ngada yang harus diberi ruang jangan kita terlampau cepat mendatangkan investor dari luar. Atau sebaliknya jika ruang diberi kepada investor jangan semua aspek diberi seluas luasnya, harus ada bagian yang dikerjakan oleh investor juga diberikan kepada anak muda lokal,” jelasnya.
Bagi dirinya, Indonesia sudah menapaki era Industri 4.0, yang antara lain ditandai dengan serba digitalisasi dan otomasi. Kondisi ini belum disadari oleh semua elemen masyarakat.
Konsekuensi yang di temukan dilapangan banyaknya toko konvensional di pusat belanja (mall) yang tutup. Namun masih sering dipolitisasi dengan argumentasi bahwa kecenderungan itu disebabkan oleh menurunnya daya beli masyarakat. Padahal, toko-toko konvensional memang mulai menghadapi masalah serius atau minim pengunjung karena sebagian masyarakat perkotaan lebih memilih sistem belanja online. Dari beli baju, sepatu, dan buku hingga beli makanan semuanya dengan pola belanja online.
“Banyak tantangan yang hadir saat ini menurut saya menjadi peluang yang harus segera mungkin ditangkap oleh generasi milenial, ketika pemerintah kabupaten Ngada mulai fokus mempersiapkan sumber daya manusia. Kita tidak boleh terjebak dengan realita yang kita hadapi dengan salah memanfaatkan teknologi misalnya menyebarkan Hoax atau yang lain,” tegasnya.
Bagi kelompok muda yang menjadi kontraktor, pemerintah harus berani memberikan kesempatan kepada kontraktor muda untuk mengerjakan proyek dengan sistem penunjukan langsung yang nilainya kecil dan diberikan pendampingan. Sehingga generasi muda mulai belajar dan mendapat kesempatan.
Ade Racel